RESENSI BUKU di Koran Jakarta, Rabu, 18 Des 2013
Judul Buku : 100 Permainan dan Perlombaan Rakyat
Nama Penulis : Askalin
Ilustrator : SatuDuniaIde
Penerbit : Nyo-Nyo (Imprint Penerbit Andi)
Tahun : 2013
ISBN : 978-979-29-4003-9
Tebal : vi + 90 halaman
Harga : Rp54.000
“Jamuran yo gegethok. Jamur opo, yo gegethok. Jamur gajih bejijih sak oro-oro. Siro badhe jamur opo” (hal 31).
Kaum tua asal di Yogyakarta dan sekitarnya mungkin masih ingat atau
pernah mendengar lagu dengan syair tersebut sebagai pengiring permainan
jamuran. Anak-anak sekarang mungkin tidak lagi pernah mengdengar lagu
tersebut.
Pada halaman 30-31 buku 100 Permainan dan Perlombaan Rakyat ini
dijelaskan mengenai permainan tradisional yang populer di Yogyakarta dan
Jawa Tengah tersebut. Meski singkat, informasi yang disampaikan relatif
jelas, mencakup waktu permainan, jumlah pemain, dan caranya.
Sebagaimana judulnya, buku ini mengenalkan atau tepatnya mengingatkan
pembaca akan 100 jenis permainan dan perlombaan rakyat yang terdapat di
Indonesia.
Angka 100 terbagi atas 50 jenis permainan tradisional dan 50
perlombaan agustusan. Kata “agustusan” merujuk pada pesta rakyat yang
biasa digelar untuk memperingati HUT RI setiap 17 Agustus. Uraian
permainan/perlombaan dilengkapi ilustrasi pendukung yang menggambarkan
kepada pembaca bentuk permainan/perlombaan.
Ada juga permainan egrang bambu, benthik, engklek, senapan pelepah
pisang. Di sini juga dijelaskan cara membuatnya. Misalnya, untuk membuat
senapan dibutuhkan dua pelepah pisang dengan diameter 1,5 sentimeter
dan panjang 90 sentimeter. Kemudian satu buah pelepah pisang dengan
diameter 2,5 sentimeter dan panjang 50 sentimeter. Sediakan juga lidi
bambu sepanjang 10 sentimeter untuk pasak dan pisau atau cutter (hal
27).
Selain jamuran, berbagai permainan lain dengan lagu adalah
cingciripit, cublak-cublak suweng, dan sebagainya. Selain dalam bahasa
Jawa, terdapat pula beberapa syair berbahasa Sunda dan Betawi. Contoh
Cingciripit berbahasa Sunda (hal 31). Uraian lengkap 50 jenis permainan
dapat ditemukan pada hal 3-48. Selain beberapa yang telah disebut,
permainan yang diulas adalah congklak, yoyo, dan lain-lain.
Selanjutnya, pada halaman 48-89, pembaca dapat menemukan 50
perlombaan agustusan untuk individu dan kelompok. Adakalanya perlombaan
individu bisa juga dimainkan secara kelompok seperti balap karung.
Dalam perlombaan biasanya banyak hadiah dari panitia/sponsor yang
diperebutkan. Namun, dikatakan bahwa prinsipnya semua perlombaan
bersifat hiburan karena cenderung seru, lucu, dan menegangkan sehingga
menimbulkan tawa dan sorak-sorai penonton. Salah satu perlombaan yang
relatif seru, lucu, dan menegangkan adalah “pukul bantal di air”.
Lomba pukul bantal dilakukan oleh dua peserta yang duduk berhadapan
di bambu panjang sambil memegang bantal. Melalui aba-aba juri, peserta
saling pukul bantal. Peserta yang jatuh ke air kalah. Tidak jarang
kedua-duanya jatuh ke dalam air (hal 56).
Ada juga penjelasan mengenai peralatan, persiapan, dan tata cara
perlombaan. Pada hal 50, misalnya, dijelaskan tentang lomba “pecahkan
balon”. Peralatan yang dibutuhkan balon diisi air dan pemukul. Balon
digantung dan dibentangkan pada dua tiang. Peserta ditutup matanya
memegang pemukul berdiri di garis batas. Jarak garis batas dengan tempat
balon kurang lebih 3 meter.
Kiranya buku ini berguna untuk menyosialisasikan kembali berbagai
permainan tradisional yang hampir punah dan sebagai sarana menemukan
inspirasi lomba bilamana pembaca berkesempatan menjadi panitia agustusan
atau gathering.
Meski satu-dua permainan/perlombaan sebenarnya bukanlah asli
tradisi/budaya Indonesia, sebagian besar memang biasa dimainkan rakyat.
Beberapa perlombaan, seperti panjat pinang, bahkan menjadi kekhasan
dalam pesta rakyat. Jadi tidak terlalu berlebihan jika pada subjudul
buku ditambahkan kalimat “hanya ada di Indonesia”.
Diresensi Dwi Klarasari, lulusan Unika Soegijapranata, Semarang
INGIN MEMBELI BUKUNYA klik link berikut untuk mendapatkan diskon 20% dan diskon 15 %
www.andipublisher.com
www.bukabuku.com